![](file:///C:\DOCUME~1\RIZKIA~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
MAKALAH
KELOMPOK 2
STRUKTUR
BAHASA MELAYU RIAU DIALEK PESISIR
DISUSUN
OLEH :
HERA ANDRIANI PUTRI
RIO RAHMATU
RIZKI
DONA
PRANSISKA
MELA ANDRIKA
TRIANG TRIANI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Ungkapan
syukur alhamdulillah, itulah ungkapan yang sesuai bagi seorang hamba yang
mendapatkan anugerah dari allah yang maha pengasih dan penyayang, yang kasih-nya tiada
terbilang dan sayang-nya tiada terbayang. Atas berkat rahmat dan karunia-nya
jualah penelitian mini
yang berjudul “Struktur Bahasa
Melayu Riau Dialek Pesisir” dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam teruntuk kepada nabiyullah Muhammad Saw. sebagai ushwatun
hasanah bagi umatnya.
Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah pragmatik, ibu Ermawati S, S.Pd, M.Pd. serta teman-teman
yang memberikan sumbangan saran, fikiran, dan tenaga demi terwujudnya makalah ini. kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan disana-sini
dari itu, kami sangat berharap kritikan dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini, dan akhir kata semoga bermanfaat, insya Allah.
Pekanbaru,
03 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
![]() |
Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi ............................................................................................................................ ii
Bab
I : Pendahuluan
..........................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah
............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
Bab
II : Pembahasan
............................................................................................................ 2
2.1 Frasa .................................................................................................................. 2
2.2 Tipe Kalimat Dasar …………………………...………….…………………... 2
2.3
Sistem
Kaidah Unsur Mana Suka ………...………………………….. ……... 3
2.4
Dasar
Sistem Kaidah
......................................................................................... 3
2.5
Struktur
Semantik
............................................................................................. 5
2.6
Analisis
Komponen Kata ..................................................................................
7
2.7
Variasi
Kalimat Struktur Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir........................... 8
Bab
III : Penutup ................................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan
....................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................. 9
Daftar
Pustaka
.................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa adalah sebuah sisitem lambang
bunyi yang bersifat arbitrer, produktif dan dinamis, serta manusiawi. Bahasa
juga memegang peranan penting dalam kehidupan, baik untuk bekerja sama,
mengidentifikasi diri, berinteraksi, hingga berkomunikasi yang mana di dalamnya
terdapat sistem yang bersifat sistematis dan sistemis, dengan bahasa kita dapat
berkomunikasi atau menyampaikan pesan, pikiran dengan orang lain yang berbeda
suku dan budayanya, Satu hal yang pasti bahwa bahasa adalah milik manusia yang
digunakan sebagai sarana komunikasi vital dalam kehidupan ini. Sehingga dengan demikian
ini menjadi ciri utama sebagai pembeda antara manusia dengan binatang serta
manusia dengan sesama manusia sekalipun. Sebab hewan tidak memiliki bahasa,
yang dimiliki hewan sebagai alat berkomunikasi hanyalah bunyi, gerak dan
isyarat.
2. Masalah
Apa
yang dimaksud dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek pesisir?
Apa
saja yang terkait dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek pesisir?
3. Tujuan
Untuk
mengetahui Apa yang dimaksud dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek pesisir.
Untuk
mengetahui Apa saja yang terkait dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek
pesisir.
BAB II
PEMBAHASAN
STRUKTUR KALIMAT
2.1
Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau
lebih yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan itu ada yang erat dan ada juga
yang renggang (Kridalaksana, 1982:46). Frasa yang terdapat dalam bahasa melayu
riau dialek pesisir terdiri atas frasa endosentrik dan frasa ekosentrik. Yang
dimaksud dengan frasa endosentrik adalah frasa yang keseluruhannya mempunyai
prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya (Kridalaksana,
1982:47). Frasa ekosentrik adalah frasa yang keseluruhannya tidak mempunyai
prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya (Kridalaksana,
1982:47). Contoh frasa endosenstrik adalah [meʁah sәkali]’ merah sekali’, [oʁaɳ
mandi]’ orang mandi’, [gadis cantik]’ gadis cantik’, [ʁumah bәso]’ rumah
besar’, contoh frasa ekosentrik adalah [daʁi beɳkalis]’ dari bengkalis‘, [di
sinaboy]’ di senaboy ‘, [si nelayan]’, si nelayan ‘,[dalam ʁumah]’, dalam rumah‘,
[di kәbun]’, di kebun’.
2.2
Tipe Kalimat Dasar
Kalimat bahasa Melayu Riau dialek
pesisir diteliti berdasarkan frasa karena frasa menjadi panduan pembentuk
kalimat dalam pembicaraan kalimat-kalimat ini tentulah di selidiki penggabungan
frasa menjadi kalimat. Frasa ialah satuan sintaksis yang bersama fungsinya yang
merupakan panduan (Samsuri, 1978:226). Di dalam kamus linguistik dijelas kan
bahwa frasa adalah lingkungan tertentu yang dapat ditempati oleh satu unsur
bahasa. Berdasarkan uraian frasa di atas dapatlah dirumuskan tipe kalimat dasar
bahasa Melayu Riau dialek pesisir sebagai berikut:
(1) Kalimat tipe pertama berbentuk frasa
nominal satu ditambah frasa nominal dua.
Tipe ini dapat merumuskan menjadi FN1 + FN2. Angka 1 dan 2 menunjukkan bahwa
kedua frasa nominal itu berbeda bentuknya.
Contoh:
[gәlaɳ diә tu gәlaɳ
mas]
‘gelangnya gelang emas’
(2) Kalimat tipe kedua berbentuk frasa
nominal ditambah frasa verbal. Tipe kalimat itu dapat dirumuskan menjadi FN +
FV.
Contoh:
[pencuʁi tu mәancam]
‘pencuri itu mengancam’
(3) Kalimat tipe ketiga berbentuk frasa
nominal ditambah frasa adjektival. Tipe itu dapat dirumuskan menjadi FN +FA.
Contoh:
[oʁaɳ tu malas]
‘orang itu malas’
(4) Kalimat tipe keempat berbentuk frasa
nominal ditambah frasa numeral. Tipe itu dapat dirumuskan FN +Fnum.
Contoh:
[ayam diә tu tigә әko]
‘ayamnya itu tiga ekor’
(5) Kalimat tipe kelima berbentuk frasa
nominal satu ditambah frasa verbal, ditambah frasa nominal dua. Tipe ini dapat
dirumuskan FN1 + FV + FN2.
Contoh:
[adik diә mәmakan
nasik]
‘adiknya itu memakan
nasi’
(6) Kalimat tipe keenam berbentuk frasa
nominal ditambah frasa preposisional. Tipe itu dapat dirumuskan menjadi FN + FP
dan dapat dirumuskan lagi menjadi FN1 + Pr + FN2.
Contoh:
[kapal tu kәbeɳkalis]
‘kapal itu kebengkalis’
2.3
Sistem Kaidah Unsur Mana Suka
Tipe kalimat dalam bahasa Melayu
Riau dialek pesisir sudah dibicarakan di atas. Tipe kalimat itu masih mempunyai
panduan yang bersifat mana suka. Unsur mana suka adalah paduan yang
kadang-kadang terdapat dalam kalimat, dan kadang-kadan tidak. Unsur mana suka
dapat memberikan pengertian tambahan pada kalimat yang berhubungan dengan
berbagi keterangan mengenai berbagai lokasi, waktu, acara, aspek, dan bahkan
sikap pemakai bahsa terhadap ukuran, peristiwa, keadaan, soal, atu perasaan
yang dinyatakan oleh kalimat itu (Samsuri, 1978:248).
2.4
Dasar Sistem Kaidah
Untuk membicarakan dasar sistem
kaidah, lebih dulu tim mengemukakan contoh kalimat bahsa Melayu Riau dialek
pesisir sebagai berikut:
1) [mәja tu mәja kayu]
‘meja itu meja kayu’
2) [tuti meɳgobәɳ tәlo]
‘tuti menggoreng telur’
3) [budak tu pandai]
‘anak itu pandai’
4) [anak diә sәpuluh]
‘anak nya sepuluh’
5) [anak diә sәdaɳ mәmbacә]
‘anaknya sedang
mambaca’
6) [mak mәmasak di dapur]
‘ibu memasak di dapur’
7) [adik memukul anjiɳ kәmaʁәn]
‘adik memukul anjing
kemeren’
8) [tigә kali diә mәmukul anjiɳ tu kәmaʁәn]
‘tiga kali dia memukul
anjing itu kemaren’
9) [mak dan adik mәndapat uaɳ daʁi ayah
kәmaʁәn]
‘ibu dan adik mendat
uang darin ayah kemaren’
Kalimat-kalimat
di atas dapat dirumus kan sebagai berikut:
1) FN1 + FN2
2) FN1 + FV + FN2
3) FN + FA
4) FN + Fnun
5) FN + Fap + FV
6) FN + FV + FPr
7) FN1 + FV + FN2 + Fad
8) FNum + FV + FN + FPr + FN + Fad
9) FN1 + FV + FN2 + FPr + FN3 + Fad
Dari
uraian di atas dapat lah di kemukakan bahwa kalimat bahasa melayu riau dialek
pesisir mempunyai kalimat dasar yang terdiri atas paduan wajib frasa nominal
dan frasa nominal, frasa nominal dan frasa verbal, frasa nominal dan frasa adjektipal,
frasa nominal dan frasa numeral,frasa nominal dan frasa prekosisional dengan
paduan frasa adperbial mana suka (modal, aspek, kata bantu predikat, cara,
tempat, dan waktu) oleh karena itu, alternatif paduan wajib yang kedua yaitu
FN, Fadj, FNum, FPr. Hal itu, dapat disajikan dengan kaedah sebagai
berikut(1) K - FN (M) (Asp) (Ant) FP,
(2) FP – FN, FAdj. FNum, FPr, (3) AD – (C) (T)
(W), dapat diambil paling kurang satu. FP adalah penanda frasa predikat yang
merangkum frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa numeral, dan
frasa preposisional. Ad ialah penanda adverba yang merangkum selanjutnya, tim
peneliti mengemukakan sistem kaidah dasar bahasa Melayu Riau dialek pesisir.
Kaidah itu terdiri bersifat sintaktik dan kaidah kedua bersifat paradigmatik.
Untuk menjelaskan hal itu dikemukan kalimat-kalimat sebagai berikut:
(a) [oʁan sәdaɳ bәjalan dәɳan ati-ati]
(b) [budak tu tәlah mәmbacә suʁat sәmalam]
(c) [pak luɳ tu pәgawai di pәkanbaru]
(d) [oʁan mudә tu pәgawai kanto]
(e) [buku tu mәmusiɳkan kakak]
(f) [suʁat tu mәɳedihkan uwan tu]
(g) [budak tu ʁajin sәkali]
Kalimat-kalimat
di atas mempunyai paduan wajib, yaitu frasa nominal dengan frasa nominal, frasa
nominal dengan frasa verbal, frasa nominal dengan frasa adjektival. Samsuri
(1978:270) menjelaskan bahwa untuk meletakan ketiga macam paduan itu dalam
suatu sistem perlu dirangkum meletakan ketiga macam paduan itu menjadi satu
dengan penandaan frasa predikat yang diuraikan menjadi frasa nominal atau frasa
verbal, atas frasa adjektival. Untuk sementara dapat dikemukakan kaidah (1) K →
FN + FP dan (2) FP → FN, FV, Fadj. Selain dari paduan wajib masih ada paduan
frasa adverbial mana suka seperti keterangan aspek, keterangan cara, keterangan
tempat, dan keterangan waktu. Frasa verbal terdiri atas dua macam, yaitu atas
nomina yang diikuti frasa nomina. Oleh karena itu, kaidah di atas diubah dengan
menambah paduan mana suka menjadi (1) K → FN (Asp), FP (Ad), (2) FP → FN, FV,
Fadj, (3) Ad → C, T, W, (4) FV → V (FN), (5) FN → N (Pen).
Kalimat
yang dibicarakan di atas menjelaskan bahwa ada beberapa verba yang mempunyai
perbedaan kedudukan. Umpamanya, tidak dapat dikatakan [buku tu pәgawai kanto]
atau [oʁaɳ tu mәmusiɳkan buku tu]. Kalimat ini secara gramatikal mempunyai
perbedaan nomina yang distribusinya berbeda berhadapan dengan verba yang
mengikutinya ; yaitu dengan nomina yang lain.
2.5
Struktur Semantik
Subsistem
bahasa yang membicarakan hubungan makna dengan berbagi unsur bahasa dan
dianalisis oleh semantik disebut struktur semantik (Kridalaksana, 1982:158).
Oleh karena itu, semantik perlu dibicarakan dalam menguraikan struktur suatu
bahasa. Dalam membicarakan makna, tim peneliti berpedoman kepada perangkat
komposit makna. Perangkat-perangkat itu adalah (1) kumpulan semua urutan yang
berguna pada ujar atau bunyi bahasa dalam suatu bahasa alamiah yang kita tandai
dengan perangkat A, dan (2) kumpulan semua makna atau pengujian semantik yang
sempurna pada suatu bahasa alamiah, yang kita tandai dengan perangkat B
(Samsuri, 1978:219).
Untuk
menelaah perangkat A dan B dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir kita
perhatikan kalimat-kalimat berikut:
1) [diә daʁi bәɳkalis]
‘dia dari bengkalis’
2.
[mak mәmbәli radio]
‘ibu membeli radio’
3.
[budak tu pandai]
‘anak itu pandai’
4.
[aʁi ni sәkolah ditutup]
‘hari ini sekolah ditutup’
5.
[kapal tu bәlayo ke sәlat panjaɳ]
‘kapal itu berlayar ke selat panjang’
6.
[mak diә guru]
‘ibunya guru’
7.
[pәʁampok tu meɳganas]
‘perampok itu mengganas’
8.
[umah tu di sәbәlah kanto camat]
‘rumah itu di sebelah kantor camat’
9.
[pak ali menanam jaguɳ]
‘pak ali menanam jagung’
10.
[cincin tu bәrmatә intan]
‘cincin itu bermata intan’
Uraian kalimat (1) sampai (10)
merupakan urutan ujar atau bunyi yang sempurna karena ujar tersebut merupakan
urutan yang berguna dan dapat dipakai dalam berkomunikasi. Jadi, kalimat di
atas memenuhi perangkat A.
Ditinjau dari segi makna
kalimat-kalimat di atas merupakan kumpulan makna atau penyajian semantik yang
sempurna. Kalimat-kalimat di atas memenuhi perangkat B. Oleh karena itu, jelas
bahwa kalimat-kalimat di atas memenuhi perangkat A dan perangkat B.
2.6
Analisis Komponen Kata
Analisis
komponen kata dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir perlu dibicarakan karena
dengan analisis tersebut dapat diketahui ciri-ciri kata dalam bahasa itu.
Kridalaksana (1982:89) mengatakan bahwa komponen makna adalah satu atau
beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran, misalnya
unsur-unsur [+insan], [muda], [laki-laki] adalah komponen makna dari kata
buyung. Sekarang jelaslah bahwa ciri-ciri kata buyung sesuai dengan ciri-ciri yang terdapat pada kata laki-laki. Selanjutnya, tim peneliti
menguraikan komponen kata yang terdapat dalam kalimat di bawah ini:
1) [aku meɳiʁin suʁat kәpada mak]
‘saya
mengirim surat kepada ibu’
2) [aku meɳaɳkul ladaɳ]
‘aku mencangkul ladang’
3) [adik mәɳcuci baju]
‘adik mencuci baju’
4) [anjiɳ dipukul adik]
‘anjing dipukul adik’
5) [oʁan ditәbәkam ʁimau]
‘orang diterkam
harimau’
6) [budak-budak bәkәlai]
‘anak-anak berkelahi’
7) [aku tәjatuh]
‘saya terjatuh’
8) [nasik dimakan adi]
‘nasi dimakan adi’
9) [pintu tәtutup]
‘pintu tertutup’
10) [tikә tәbәntaɳ]
‘tikar terbentang’
2.7
Variasi Kalimat Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir
Ditinjau
dari segi variasi kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir ternyata tidak
mempunyai variasi. Variasinya hanya dari segi fonem yang terdapat pada kata
saja. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Kalimat Bahasa Melayu
Riau Dialek Pesisir
Sayәɳiʁin suʁat kәpadә mak./
Aku mәɳiʁin suʁat kәpado mak.
Aku ɳaɳkul ladaɳ.
Kami mәmanciɳ ikan di suɳai.
Adik mәɳuci baju.
Anjiɳ dipukul adik.
Adik dimaʁah ayah.
Kuci diәmpo adik deɳan batu.
|
Aku mәbiim suәk kәpado umak
Aku mәɳiʁim suәk kәpado umak.
Aku mәɳaɳkul ladaɳ.
Kami mәɳaәl ikan di suɳai.
Adik memasuh baju.
Anjɳn diompak adik.
Adik dimaah ayah.
Kuci dilәmpa adik deɳan batu.
|
Tabel di atas menjelaskan bahwa
struktur kalimat yang dipakai penutur antara daerah yang satu dengan daerah
yang lain tidak bervariasi atau berbeda. Perbedaan hanya pada struktur fonem
pada suku kata. Kesamaan struktur itu jelas kelihatan, misalnya kalimatdialek
Bengkalis, Selat Panjang, Tanjung Batu, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang,
Tembilahan terdiri atas unsur FN1 + FV + FN2 + Fpr + FN3 > FN1 + FV + FN2 + FA + FN3 pada subdialek
Bagan Siapi-Api. Jika dialek Bengkalis terdiri dari unsur FN1 + FV + FN2 maka
pada dialek Bagan Siapi-Api > FN1 + FV + FN2.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Bahasa
Melayu Riau dialek pesisir adalah bahasa pergaulan sehari-hari suku Melayu di
Bengkalis, Bagan Siapi-Api, Selat Panjang, Tanjung Pinang, Tanjung Batu, Dumai,
Tembilhan. Bahasa tersebut mempunyai variasi dialek antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain.
Saran
Untuk
memperoleh variasi yang lebih lengkap dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir
perlu diadakan penelitian lanjutan. Hasil penelitian ini hendaknya dapat
dijadikan bahan informasi bagi guru-guru yang akan mengajarkan bahasa Indonesia
kepada masyarakat suku Melayu di pesisir Profinsi Riau.
Daftar Rujukan
Kridalaksana,
Harimurti. 1982. Kamus Linguistik.
Jakarta: Gramedia.
Samsuri.
1978. Analisa Bahasa. Jakarat:
Erlangga.
Tarigan,
Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar
Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Dahlan, Saidat Dkk. 1991. Struktur Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir.
Jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar