Senin, 12 Mei 2014

tugas kelompok (sintaksis)





MAKALAH KELOMPOK 2
STRUKTUR BAHASA MELAYU RIAU DIALEK PESISIR


DISUSUN OLEH   :  HERA ANDRIANI PUTRI
                                    RIO RAHMATU RIZKI
                                    DONA PRANSISKA
                                    MELA ANDRIKA
TRIANG TRIANI







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA  INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Ungkapan syukur alhamdulillah, itulah ungkapan yang sesuai bagi seorang hamba yang mendapatkan anugerah dari allah yang maha pengasih dan penyayang, yang kasih-nya tiada terbilang dan sayang-nya tiada terbayang. Atas berkat rahmat dan karunia-nya jualah penelitian mini yang berjudul “Struktur Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam teruntuk kepada nabiyullah Muhammad Saw. sebagai ushwatun hasanah bagi umatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pragmatik, ibu Ermawati S, S.Pd, M.Pd. serta teman-teman yang memberikan sumbangan saran, fikiran, dan tenaga demi terwujudnya makalah ini. kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan disana-sini dari itu, kami sangat berharap kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan akhir kata semoga bermanfaat, insya Allah.





Pekanbaru, 03 Mei 2014

Penulis






DAFTAR ISI


 
Kata Pengantar....................................................................................................................   i
Daftar Isi ............................................................................................................................    ii
Bab I :  Pendahuluan ..........................................................................................................   1
1.1  Latar Belakang .................................................................................................   1
1.2  Rumusan Masalah ............................................................................................   1
1.3  Tujuan Penulisan ..............................................................................................   1

Bab II : Pembahasan ............................................................................................................  2
2.1  Frasa ..................................................................................................................   2
2.2  Tipe Kalimat Dasar …………………………...………….…………………...   2
2.3  Sistem Kaidah Unsur Mana Suka ………...………………………….. ……...   3
2.4  Dasar Sistem Kaidah .........................................................................................  3
2.5  Struktur Semantik .............................................................................................   5
2.6  Analisis Komponen Kata ..................................................................................  7
2.7  Variasi Kalimat Struktur Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir...........................  8
Bab III : Penutup ................................................................................................................   9
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................   9
3.2 Saran .................................................................................................................   9
Daftar Pustaka ....................................................................................................................   10





BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Bahasa adalah sebuah sisitem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif dan dinamis, serta manusiawi. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan, baik untuk bekerja sama, mengidentifikasi diri, berinteraksi, hingga berkomunikasi yang mana di dalamnya terdapat sistem yang bersifat sistematis dan sistemis, dengan bahasa kita dapat berkomunikasi atau menyampaikan pesan, pikiran dengan orang lain yang berbeda suku dan budayanya, Satu hal yang pasti bahwa bahasa adalah milik manusia yang digunakan sebagai sarana komunikasi vital dalam kehidupan ini. Sehingga dengan demikian ini menjadi ciri utama sebagai pembeda antara manusia dengan binatang serta manusia dengan sesama manusia sekalipun. Sebab hewan tidak memiliki bahasa, yang dimiliki hewan sebagai alat berkomunikasi hanyalah bunyi, gerak dan isyarat.
2.      Masalah
Apa yang dimaksud dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek pesisir?
Apa saja yang terkait dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek pesisir?
3.      Tujuan
Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek pesisir.
Untuk mengetahui Apa saja yang terkait dengan struktur bahasa Melayu Riau dialek pesisir.






BAB II
PEMBAHASAN
STRUKTUR KALIMAT
2.1  Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan itu ada yang erat dan ada juga yang renggang (Kridalaksana, 1982:46). Frasa yang terdapat dalam bahasa melayu riau dialek pesisir terdiri atas frasa endosentrik dan frasa ekosentrik. Yang dimaksud dengan frasa endosentrik adalah frasa yang keseluruhannya mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya (Kridalaksana, 1982:47). Frasa ekosentrik adalah frasa yang keseluruhannya tidak mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya (Kridalaksana, 1982:47). Contoh frasa endosenstrik adalah [meʁah sәkali]’ merah sekali’, [oʁaɳ mandi]’ orang mandi’, [gadis cantik]’ gadis cantik’, [ʁumah bәso]’ rumah besar’, contoh frasa ekosentrik adalah [daʁi beɳkalis]’ dari bengkalis‘, [di sinaboy]’ di senaboy ‘, [si nelayan]’, si nelayan ‘,[dalam ʁumah]’, dalam rumah‘, [di kәbun]’, di kebun’.
2.2  Tipe Kalimat Dasar
Kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir diteliti berdasarkan frasa karena frasa menjadi panduan pembentuk kalimat dalam pembicaraan kalimat-kalimat ini tentulah di selidiki penggabungan frasa menjadi kalimat. Frasa ialah satuan sintaksis yang bersama fungsinya yang merupakan panduan (Samsuri, 1978:226). Di dalam kamus linguistik dijelas kan bahwa frasa adalah lingkungan tertentu yang dapat ditempati oleh satu unsur bahasa. Berdasarkan uraian frasa di atas dapatlah dirumuskan tipe kalimat dasar bahasa Melayu Riau dialek pesisir sebagai berikut:
(1)   Kalimat tipe pertama berbentuk frasa nominal satu ditambah  frasa nominal dua. Tipe ini dapat merumuskan menjadi FN1 + FN2. Angka 1 dan 2 menunjukkan bahwa kedua frasa nominal itu berbeda bentuknya.
Contoh:
[gәlaɳ diә tu gәlaɳ mas]
‘gelangnya gelang emas’
(2)   Kalimat tipe kedua berbentuk frasa nominal ditambah frasa verbal. Tipe kalimat itu dapat dirumuskan menjadi FN + FV.
Contoh:
[pencuʁi tu mәancam]
‘pencuri itu mengancam’
(3)   Kalimat tipe ketiga berbentuk frasa nominal ditambah frasa adjektival. Tipe itu dapat dirumuskan menjadi  FN +FA.
Contoh:           
[oʁaɳ tu malas]
‘orang itu malas’
(4)   Kalimat tipe keempat berbentuk frasa nominal ditambah frasa numeral. Tipe itu dapat dirumuskan FN +Fnum.
Contoh:
[ayam diә tu tigә әko]
‘ayamnya itu tiga ekor’
(5)   Kalimat tipe kelima berbentuk frasa nominal satu ditambah frasa verbal, ditambah frasa nominal dua. Tipe ini dapat dirumuskan FN1 + FV  + FN2.
Contoh:
[adik diә mәmakan nasik]
‘adiknya itu memakan nasi’
(6)   Kalimat tipe keenam berbentuk frasa nominal ditambah frasa preposisional. Tipe itu dapat dirumuskan menjadi FN + FP dan dapat dirumuskan lagi menjadi FN1 + Pr + FN2.
Contoh:
[kapal tu kәbeɳkalis]
‘kapal itu kebengkalis’

2.3  Sistem Kaidah Unsur Mana Suka
Tipe kalimat dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir sudah dibicarakan di atas. Tipe kalimat itu masih mempunyai panduan yang bersifat mana suka. Unsur mana suka adalah paduan yang kadang-kadang terdapat dalam kalimat, dan kadang-kadan tidak. Unsur mana suka dapat memberikan pengertian tambahan pada kalimat yang berhubungan dengan berbagi keterangan mengenai berbagai lokasi, waktu, acara, aspek, dan bahkan sikap pemakai bahsa terhadap ukuran, peristiwa, keadaan, soal, atu perasaan yang dinyatakan oleh kalimat itu (Samsuri, 1978:248).
2.4  Dasar Sistem Kaidah
Untuk membicarakan dasar sistem kaidah, lebih dulu tim mengemukakan contoh kalimat bahsa Melayu Riau dialek pesisir sebagai berikut:
1)      [mәja tu mәja kayu]
‘meja itu meja kayu’
2)      [tuti meɳgobәɳ tәlo]
‘tuti menggoreng telur’
3)      [budak tu pandai]
‘anak itu pandai’
4)      [anak diә sәpuluh]
‘anak nya sepuluh’
5)      [anak diә sәdaɳ mәmbacә]
‘anaknya sedang mambaca’
6)      [mak mәmasak di dapur]
‘ibu memasak di dapur’
7)      [adik memukul anjiɳ kәmaʁәn]
‘adik memukul anjing kemeren’
8)      [tigә kali diә mәmukul anjiɳ tu kәmaʁәn]
‘tiga kali dia memukul anjing itu kemaren’
9)      [mak dan adik mәndapat uaɳ daʁi ayah kәmaʁәn]
‘ibu dan adik mendat uang darin ayah kemaren’
Kalimat-kalimat di atas dapat dirumus kan sebagai berikut:
1)      FN1 + FN2
2)      FN1 + FV + FN2
3)      FN + FA
4)      FN + Fnun
5)      FN + Fap + FV
6)      FN + FV + FPr
7)      FN1 + FV + FN2 + Fad
8)      FNum + FV + FN + FPr + FN + Fad
9)      FN1 + FV + FN2 + FPr + FN3 + Fad
Dari uraian di atas dapat lah di kemukakan bahwa kalimat bahasa melayu riau dialek pesisir mempunyai kalimat dasar yang terdiri atas paduan wajib frasa nominal dan frasa nominal, frasa nominal dan frasa verbal, frasa nominal dan frasa adjektipal, frasa nominal dan frasa numeral,frasa nominal dan frasa prekosisional dengan paduan frasa adperbial mana suka (modal, aspek, kata bantu predikat, cara, tempat, dan waktu) oleh karena itu, alternatif paduan wajib yang kedua yaitu FN, Fadj, FNum, FPr. Hal itu, dapat disajikan dengan kaedah sebagai berikut(1)  K - FN (M) (Asp) (Ant) FP, (2) FP – FN, FAdj. FNum, FPr, (3) AD – (C)  (T) (W), dapat diambil paling kurang satu. FP adalah penanda frasa predikat yang merangkum frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa numeral, dan frasa preposisional. Ad ialah penanda adverba yang merangkum selanjutnya, tim peneliti mengemukakan sistem kaidah dasar bahasa Melayu Riau dialek pesisir. Kaidah itu terdiri bersifat sintaktik dan kaidah kedua bersifat paradigmatik. Untuk menjelaskan hal itu dikemukan kalimat-kalimat sebagai berikut:
(a)    [oʁan sәdaɳ bәjalan dәɳan ati-ati]
(b)   [budak tu tәlah mәmbacә suʁat sәmalam]
(c)    [pak luɳ tu pәgawai di pәkanbaru]
(d)   [oʁan mudә tu pәgawai kanto]
(e)    [buku tu mәmusiɳkan kakak]
(f)    [suʁat tu mәɳedihkan uwan tu]
(g)   [budak tu ʁajin sәkali]
Kalimat-kalimat di atas mempunyai paduan wajib, yaitu frasa nominal dengan frasa nominal, frasa nominal dengan frasa verbal, frasa nominal dengan frasa adjektival. Samsuri (1978:270) menjelaskan bahwa untuk meletakan ketiga macam paduan itu dalam suatu sistem perlu dirangkum meletakan ketiga macam paduan itu menjadi satu dengan penandaan frasa predikat yang diuraikan menjadi frasa nominal atau frasa verbal, atas frasa adjektival. Untuk sementara dapat dikemukakan kaidah (1) K → FN + FP dan (2) FP → FN, FV, Fadj. Selain dari paduan wajib masih ada paduan frasa adverbial mana suka seperti keterangan aspek, keterangan cara, keterangan tempat, dan keterangan waktu. Frasa verbal terdiri atas dua macam, yaitu atas nomina yang diikuti frasa nomina. Oleh karena itu, kaidah di atas diubah dengan menambah paduan mana suka menjadi (1) K → FN (Asp), FP (Ad), (2) FP → FN, FV, Fadj, (3) Ad → C, T, W, (4) FV → V (FN), (5) FN → N (Pen).
Kalimat yang dibicarakan di atas menjelaskan bahwa ada beberapa verba yang mempunyai perbedaan kedudukan. Umpamanya, tidak dapat dikatakan [buku tu pәgawai kanto] atau [oʁaɳ tu mәmusiɳkan buku tu]. Kalimat ini secara gramatikal mempunyai perbedaan nomina yang distribusinya berbeda berhadapan dengan verba yang mengikutinya ; yaitu dengan nomina yang lain.
2.5  Struktur Semantik
Subsistem bahasa yang membicarakan hubungan makna dengan berbagi unsur bahasa dan dianalisis oleh semantik disebut struktur semantik (Kridalaksana, 1982:158). Oleh karena itu, semantik perlu dibicarakan dalam menguraikan struktur suatu bahasa. Dalam membicarakan makna, tim peneliti berpedoman kepada perangkat komposit makna. Perangkat-perangkat itu adalah (1) kumpulan semua urutan yang berguna pada ujar atau bunyi bahasa dalam suatu bahasa alamiah yang kita tandai dengan perangkat A, dan (2) kumpulan semua makna atau pengujian semantik yang sempurna pada suatu bahasa alamiah, yang kita tandai dengan perangkat B (Samsuri, 1978:219).
Untuk menelaah perangkat A dan B dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir kita perhatikan kalimat-kalimat berikut:
1)      [diә daʁi bәɳkalis]
‘dia dari bengkalis’
2. [mak mәmbәli radio]
    ‘ibu membeli radio’
3. [budak tu pandai]
    ‘anak itu pandai’
4. [aʁi ni sәkolah ditutup]
    ‘hari ini sekolah ditutup’
5. [kapal tu bәlayo ke sәlat panjaɳ]
    ‘kapal itu berlayar ke selat panjang’
6. [mak diә guru]
    ‘ibunya guru’
7. [pәʁampok tu meɳganas]
    ‘perampok itu mengganas’
8. [umah tu di sәbәlah kanto camat]
    ‘rumah itu di sebelah kantor camat’
9. [pak ali menanam jaguɳ]
    ‘pak ali menanam jagung’
10. [cincin  tu bәrmatә intan]
      ‘cincin itu bermata intan’
            Uraian kalimat (1) sampai (10) merupakan urutan ujar atau bunyi yang sempurna karena ujar tersebut merupakan urutan yang berguna dan dapat dipakai dalam berkomunikasi. Jadi, kalimat di atas memenuhi perangkat A.
            Ditinjau dari segi makna kalimat-kalimat di atas merupakan kumpulan makna atau penyajian semantik yang sempurna. Kalimat-kalimat di atas memenuhi perangkat B. Oleh karena itu, jelas bahwa kalimat-kalimat di atas memenuhi perangkat A dan perangkat B.
2.6  Analisis Komponen Kata
Analisis komponen kata dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir perlu dibicarakan karena dengan analisis tersebut dapat diketahui ciri-ciri kata dalam bahasa itu. Kridalaksana (1982:89) mengatakan bahwa komponen makna adalah satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran, misalnya unsur-unsur [+insan], [muda], [laki-laki] adalah komponen makna dari kata buyung. Sekarang jelaslah bahwa ciri-ciri kata buyung sesuai dengan ciri-ciri yang terdapat pada kata laki-laki. Selanjutnya, tim peneliti menguraikan komponen kata yang terdapat dalam kalimat di bawah ini:

1)      [aku meɳiʁin suʁat kәpada mak]
‘saya mengirim surat kepada ibu’
2)      [aku meɳaɳkul ladaɳ]
‘aku mencangkul ladang’
3)      [adik mәɳcuci baju]
‘adik mencuci baju’
4)      [anjiɳ dipukul adik]
‘anjing dipukul adik’
5)      [oʁan ditәbәkam ʁimau]
‘orang diterkam harimau’
6)      [budak-budak bәkәlai]
‘anak-anak berkelahi’
7)      [aku tәjatuh]
‘saya terjatuh’
8)      [nasik dimakan adi]
‘nasi dimakan adi’
9)      [pintu tәtutup]
‘pintu tertutup’
10)  [tikә tәbәntaɳ]
‘tikar terbentang’

2.7  Variasi Kalimat Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir
Ditinjau dari segi variasi kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir ternyata tidak mempunyai variasi. Variasinya hanya dari segi fonem yang terdapat pada kata saja. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:





Kalimat Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir

Sayәɳiʁin suʁat kәpadә mak./
Aku mәɳiʁin suʁat kәpado mak.
Aku ɳaɳkul ladaɳ.
Kami mәmanciɳ ikan di suɳai.
Adik mәɳuci baju.
Anjiɳ dipukul adik.
Adik dimaʁah ayah.
Kuci diәmpo adik deɳan batu.


Aku mәbiim suәk kәpado umak
Aku mәɳiʁim suәk kәpado umak.
Aku mәɳaɳkul ladaɳ.
Kami mәɳaәl ikan di suɳai.
Adik memasuh baju.
Anjɳn diompak adik.
Adik dimaah ayah.
Kuci dilәmpa adik deɳan batu.

            Tabel di atas menjelaskan bahwa struktur kalimat yang dipakai penutur antara daerah yang satu dengan daerah yang lain tidak bervariasi atau berbeda. Perbedaan hanya pada struktur fonem pada suku kata. Kesamaan struktur itu jelas kelihatan, misalnya kalimatdialek Bengkalis, Selat Panjang, Tanjung Batu, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Tembilahan terdiri atas unsur FN1 + FV + FN2 + Fpr + FN3  > FN1 + FV + FN2 + FA + FN3 pada subdialek Bagan Siapi-Api. Jika dialek Bengkalis terdiri dari unsur FN1 + FV + FN2 maka pada dialek Bagan Siapi-Api > FN1 + FV + FN2.









BAB III
PENUTUP

Simpulan
Bahasa Melayu Riau dialek pesisir adalah bahasa pergaulan sehari-hari suku Melayu di Bengkalis, Bagan Siapi-Api, Selat Panjang, Tanjung Pinang, Tanjung Batu, Dumai, Tembilhan. Bahasa tersebut mempunyai variasi dialek antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.

Saran
Untuk memperoleh variasi yang lebih lengkap dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir perlu diadakan penelitian lanjutan. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan bahan informasi bagi guru-guru yang akan mengajarkan bahasa Indonesia kepada masyarakat suku Melayu di pesisir Profinsi Riau.











Daftar Rujukan
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Samsuri. 1978. Analisa Bahasa. Jakarat: Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Dahlan, Saidat Dkk. 1991. Struktur Bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir. Jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar