Jumat, 06 Juni 2014

ANALISIS UNSUR KLAUSA BERDASARKAN FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN DALAM SURAH AL-MAUN AYAT1-7



 ANALISIS UNSUR KLAUSA BERDASARKAN FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN  DALAM SURAH AL-MAUN AYAT1-7


 Dona Pransisca
                    VI B
              116211375


ABSTRAK
Tujuan dari penenlitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah analisis unsur klausa berdasarkan fungsi, kategori, dan peran dalam terjemahan al-Quran.  Pada penelitian ini dikhususkan untuk terjemahan al-Quran pada surah al-maun ayat 1-7. Hasil terjemahan al-Quran menawarkan sumber pembelajaran keterampilan menulis. Didalamnya dapat digali pola klausa, baik yang dominan maupun yang spesifik. Dengan struktur yang dominan, yakni SP (sebanyak 28), SPO (sebanyak 17), dan PS (sebanyak 7). Pada surah al-maun ayati 1-7 ditemukan klausa berpola subjek-predikat, klausa yang berkonjungsi subordinatif yang menyatakan pertalian makna akibat, klausa berkonjungsi + PSO, klausa lengkap yang berkonjungsi subordinatif akibat + PS, klausa yang diawali konjungsi subordinatif yang menyatakan makna penjelas, klausa berkonjungsi subordinatif Yang, dan klausa berkonjungsi + (S)Ppel.

Kata kunci : Analisis Unsur klausa, fungsi kategori dan peran

1. LATAR BELAKANG
            Manusia berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia melalui suatu perantara. Manusia mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan yang mereka miliki melalui bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang digunakan dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan mengidentifikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, bahasa dapat dikatakan sebagai alat yang dapat mengidentifikasi diri.
Ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa disebut sintaksis. Sintaksis membicarakan hubungan antara kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk didalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat.
Menurut Abdul Chaer (2009:150) Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila didalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa predikat merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah klausa. Didalam sebuah klausa, kedudukan predikat dapat menentukan jenis dan kategorinya yang kemudian dapat pula menentukan hadirnya fungsi subjek, objek, pelengkap, keterangan, dan sebagainya. Berdasarkan kategori yang mengisi fungsi predikat itu dapat dibedakan menjadi klausa verbal, klausa nominal, klausa adjektival, klausa preposisional, dan klausa numeria.
Dari pengamatan terhadap bahasa indonesia, dapat disimpulkan bahwa S selalu terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori N. Berbeda dengan S yang selalu terdiri dari kata atau frase golongan N, P biasa terdiri dari kata atau frase yang termasuk dalam golongan N,V, Bil,ataupun FD. Fungsi O terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori N, sedangkan fungsi PEL terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori N, V, dan mungkin pula Bil. Sedangkan KET mungkin terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori Ket, mungkin terdiri dari FD, kata atau frase golongan N, dan kata atau frase golongan V.
Secara teoritis fungsi dan peran memiliki sifat relasional. Adanya fungsi yang satu menandakan fungsi yang lain atau mensyaratkan kehadiran fungsi lain. Jika fungsi lain tidak muncul, maka akan sulit untuk mennetukan fungsi yang disandangnya. Melalui analisis wacana, posisi struktur semacam itu lebih mudah untuk diidentifikasi karena melibatkan pengisi struktur, baik yang mendahului maupun yang muncul belakangan.
            Al-quran adalah kitab suci umat islam yang berisi petunjuk , perintah, ajakan, larangan, cerita dan berita oleh Allah swt kepada umat manusia yang digunakan sebagai pedoman dalam hidup. Al-quran merupakan salah satu media tertulis dengan menggunakan bahasa arab. Ayat-ayat dalam al-quran sangat kaya dan beragam sehingga terlihat menarik. Kalimat-kalimat didalamnya banyak mengandung pesan dari Allah swt.
Hasil identifikasi klausa yang terdapat pada teks terjemahan al-Quran dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu klausa inti dan noninti.klausa inti adalah klausa yang tidak diawali dengan konjungsi dan unsur-unsurnya sekurang-kurangnya terdiri atas Subjek dan predikat. Klausa ini secara potensial dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.berdasarkan urutannya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu klausa yang berurutan biasa dan klausa yang berurutan terbalik (inversi0. Sedangkan klausa noninti adalah klausa yang diawali dengan konjungsi. Karena diawali dengan konjungsi, klausa dalam teks terjemahan Quran tidak berdiri sendiri, walaupun ada kemungkinan jika konjungsi yang bersangkutan dihilangkan dapat berdiri sendiri sebagai klausa yang berdiri sendiri sebagai kalimat. Klausa ini teridentifikasi dari bagian terjemahan ayat-ayat al-Quran yang memiliki hubungan maknawi dengan klausa-klausa/kalimat, atau ayat lain. Berdasarkan konjungsi yang digunakan klausa ini bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni klausa yang diawali oleh konjungsi koordinatif dan klausa yang diawali oleh konjungsi subordinatif.
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang sejajar. Dalam kaitannya dengan klausa yang diawali dengan konjungsi koordinatif, konjungsi koordinatif yang dimaksud adalah konjungsi dan, atau, tetapi. Sedangkan klausa yang diawali oleh konjungsi subordinatif ini dapat ditemukan adanya klausa yang diawali oleh konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu (berurutan, saat) syarat, pengandaian, sebab, akibat, kontradiktif, tujuan, harapan, penjelas, ketidakpastian (menggunakan konjungsi seakan-akan), perkecualian, modalitas, kosesif, dan konsekutif (menggunakan kata biarpun, kendatipun. Selain itu ditemukan juga klausa yang menggunakan konjungsi yang menyatakan pertalian makna kesungguhan, sapaan, dan perbandingan.
Hasil terjemahan al-Quran menawarkan sumber pembelajaran keterampilan menulis. Didalamnya dapat digali pola klausa, baik yang dominan maupun yang spesifik. Dengan struktur yang dominan, yakni SP (sebanyak 28), SPO (sebanyak 17), dan PS (sebanyak 7). Terjemahan Quran memberikan kemudahan memahami pola dasar bahasa indonesia. Bila dideskripsikan, pola klausa inti maupun noninti, selain pola dasar, jumlahnya melimpah yang masing-masing pola menunjukkan spesifikasi makna. Spesifikasi makna ditunjukkan oleh perbedaan karakteristik kategorial, perbedaan pola urutan, atau muncul tidaknya unsur kalimat dalam struktur klausa. Dengan demikian, terjemahan Quran menjadikan pembelajar mendapatkan kekayaan pola klausa yang amat penting difungsikan dalam berbagai peristiwa tutur. Terjemahan Quran telah mengakomodasi bentuk-bentuk unik dalam struktur gramatikal. Bentuk unik itu berpola Topik-Komen.
Analisis klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya adalah kegiatan menentukan termasuk fungsi, kategori, dan peran apakah suatu unsur dalam suatu klausa. Analisis kategori adalah analisis terhadap jenis kata atau atau kelas kata unsur-unsur pengisi fungsi tertentu dalam sebuah klausa (verhaar,1977). Dalam menganalisis klausa atas kategori unsur-unsurnya, kita dapat melakukan pembagian atas fungsi unsur-unsurnya terlebih dahulu. Selanjutnya, unsur-unsur yang mengelompok dalam satu fungsi yang sama ditentukan termasuk kategorinya. Analisis kategorial tidak dapat lepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
Dalam melakukan analisis kategori yang perlu diingat adalah penentuan suatu unsur termasuk jenis kata apa atau termasuk kategori apa. Dalam hubungan dengan kategori ini ada beberapa penggolongan atau penentuan kategori kata yang berbeda-beda.
Klausa selain dapat dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, juga dapat dianalisis makna-maknanya. Namun dalam analisis ini lebih ditekankan pada analisis unsur klausa berdasarkan fungsi, kategori, dan peran khususnya dalam surah al-maun ayat 1-7. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis terjemahan al-quran, maka pada bagian pembahasan berikut ini adalah analisis surah al-maun ayat 1 sampai 7.



2. PEMBAHASAN
1. Klausa Berpola Subjek-Predikat
(1:107) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ?
No. Data
Unsur Klausa
(1:107)
Tahukah
Kamu
(orang-orang)yang mendustakan agama
Fungsi

S
P
Kategori
Interogatif
N
FN
Peran
Tanya
Dikenal
Pengenal
            Data  diatas dinyatakan analisis fungsi, kategori, dan peran pada klausa berpola subjek-predikat. Unsur klausa “tahukah” mengisi kategori interogatif dan perann tanya. Unsur klausa “kamu”  mengisi fungsi subjek, kategori nomina, dan peran dikenal. Sedangkan “(orang-orang) yang mendustakan agama” mengisi fungsi predikat, kategori frase nomina, dan peran pengenal. Pasangan peran yang muncul pada pola klausa diatas berupa dikenal-pengenal.
            Klausa “tahukah” merupakan klausa tanya karena klausa tanya adalah klausa yang isinya menanyakan sesuatu kepada mitra tutur/mitra bicara (dalam bahasa lisan) atau pembaca (dalam bahasa tulis). Klausa ini secara tekstual ditandai oleh pemakaian kata tanya (interogatif).
Jika dilihat variasi strukturnya, variasi struktur fungsional klausa tanya terdiri atas struktur Tanya SP, tanya SPK, tanya SPO, tanya SPPel, tanya PS, dan tanya KSP. Pada klausa tanya ini terdapat struktur fungsional: tanya + SPPel, tanya + PS, tanya + SP, tanya + KSP, tanya + SPO, dan tanya + SPK. Pada pola + SPPel berpola kategorial interogatif + N+V +FN dan berpasangan peran: pertanyaan + pelaku + tindakan + penderita. Pada pola tanya + PS terdapat pola kategorial interogatif + FN + FP, interogatif + FV + FN, dan interogatif  + FN. Adapun pasangan perannya : pertanyaan + tindakan negatif + pederita, pertanyaan + keadaan + pengalam.
Klausa ini termasuk klausa yang berurutan biasa, yaitu klausa yang subjeknya terletak pada awal kalimat dan predikat dibelakang subjek. Klausa ini juga termasuk kedalam jenis klausa inti.

2. Klausa yang berkonjungsi subordinatif yang menyatakan pertalian makna akibat
(2:107) maka itulah orang yang menghardik anak yatim          
No. Data
Unsur Klausa
(2:107)
maka
Itulah
Orang yang menghardik anak yatim
Fungsi

S
P
Kategori
Konjungsi subord.
N
FN
Peran
Akibat
Dikenal
Pengenal
Data diatas, dinyatakan analisis fungsi, kategori, dan peran pada klausa lengkap yang berpola konjungsi subordinatif akibat + SP. Unsur klausa “maka” mengisi kategori konjungsi dan peran akibat. Unsur klausa “itulah” mengisi fungsi subjek, kategori nomina, dan peran dikenal. Sedangkan unsur klausa “orang yang menghardik anak yatim” mengisi fungsi predikat, kategori frase nomina, dan peran pengenal. Pasangan peran yang muncul pada pola klausa diatas adalah berupa dikenal-pengenal. Konjungsi yang dipakai pada klausa ini adalah maka, oleh karena itu, hingga, sehingga, dan sebagainya.
3. Klausa Berkonjungsi + PSO
(3:107) Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin
No. Data
Unsur Klausa
(3:107)
Dan
Tidak mendorong
Memberi makan
Orang miskin
Fungsi

P
S
O
Kategori
Konj. koord
FV
N
FN
Peran

Keadaan
Pelaku
Pengalam
            Data diatas dinyatakan analisis fungsi, kategori, dan peran pada klausa berkonjungsi + PSO. Unsur klausa “dan” merupakan konjungsi koordinatif. Unsur klausa “tidak mendorong” mengisi fungsi predikat, kategori frase verba, dan peran keadaan. Unsur klausa “memberi makan” mengisi fungsi subjek, kategori nomina, dan peran pelaku. Sedangkan unsur klausa “orang miskin” mengisi fungsi objek, kategori frase nomina, dan peran pengalam. Pasangan peran yang muncul pada pola klausa diatas berupa pelaku-pengalam. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang sejajar. Konjungsi koordinatif yang dimaksud adalah dan, atau, tetapi. Klausa ini termasuk kedalam klausa inversi, yaitu klausa yang predikatnya berada dibelakang subjek.

4. Klausa lengkap yang berpola konjungsi subordinatif akibat + PS
(4:107) Maka celakalah orang yang salat
No. Data
Unsur klausa
(4:107)
Maka
celakalah
Orang yang salat
Fungsi

P
S
Kategori
Konjungsi subord
FN
FN
Peran
Akibat
Keadaan
Pengalam
            Data  diatas dinyatakan analisis fungsi, kategori, dan peran pada klausa lengkap yang berpola konjungsi subordinatif akibat + PS. Unsur klausa “maka” mengisi kategori konjungsi subordinatif, dan peran akibat. Unsur klausa “celakalah” mengisi fungsi predikat, kategori frase nomina, dan peran keadaan. Sedangkan unsur klausa “orang yang salat” mengisi fungsi subjek, kategori frase nomina, dan peran pengalam. Pasangan klausa yang muncul pada pola klausa diatas adalah keadaan-pengalam. Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi ini membentuk anak kalimat yang jika digabungkan dengan induk kalimat akan membentuk kalimat majemuk bertingkat. Klausa yang diawali konjungsi pertalian makna akibat ini, selain ditandai dengan penggunaan Maka, juga dapat digunakan oleh karena itu, hingga, dan sehingga.
5. klausa yang diawali konjungsi subordinatif yang menyatakan makna penjelas
(5:107) (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya
No. Data
Unsur Klausa
(5:107)
(yaitu)
Orang-orang
Yang lalai terhadap salatnya
Fungsi

S
P
Kategori
Konjungsi subord
FN
V
Peran
Penjelas/jelasan
Pelaku
Perbuatan
            Data tabel diatas dinyatakan analisis fungsi, kategori, dan peran klausa yang diawali dengan konjungsi subordinatif yang menyatakan makna penjelas. Unsur klausa “ (yaitu)” mengisi kategori konjungsi subordinatif, dan peran penjelas/jelasan. Unsur klausa “orang-orang” mengisi fungsi subjek, kategori frase nomina, dan peran pelaku. Sedangkan unsur klausa “yang lalai terhadap salatnya” mengisi fungsi predikat, kategori verba, dan peran perbuatan. Pasangan klausa yang muncul pada pola klausa diatas berupa pelaku-perbuatan. Pada klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan makna penjelas ini juga digunakan konjungsi bahwa. Konjungsi ini menunjukkan hubungan antara klausa dengan klausa sebelumnya.
6. Klausa berkonjungsi subordinatif Yang
(6:107) yang berbuat riya
No. Data
Unsur Klausa
(6:107)
Yang
Berbuat riya
Fungsi
S
P
Kategori
FN
FN
Peran
Pengalam
Pelaku
            Data tabel diatas dinyatakan fungsi, kategori, dan peran klausa berkonjungsi subordinatif yang. Unsur klausa “yang” mengisi fungsi subjek, kategori frase nomina, dan peran pengalam. Sedangkan “berbuat riya” mengisi fungsi predikat, kategori frase nomina, dan peran pelaku. Pasangan klausa yang muncul pada data diatas adalah pengalam-pelaku. Klausa ini termasuk kedalam jenis klausa relatif, yaitu kalimat dasar yang menjadi kalimat pemandu daalm kalimat rumit, yang subjeknya berubah menjadi partikel yang. Hal ini dikarenakan partikel tersebut identik dengan sebuah FN dalam kalimat matriks. Apabila klausa relatif menerangkan sebuah FN subjek, biasanya juga mempunyai dua macam sifat, yaitu yang memberi suatu batasan pada FN itu dan yang hanya memberi keterangan tambahan.
7. Klausa berkonjungsi + (S)Ppel                      
(7:107) dan enggan (memberikan) bantuan
No. Data
Unsur Klausa
(7:107)
Dan
Enggan (memberikan)
Bantuan
Fungsi

(S) P
Pel
Kategori
Konjungsi koord
(N) FV
FN
Peran

(pengalam) keadaan
Penyerta
Data tabel diatas dinyatakan fungsi, kategori, dan peran klausa berkonjungsi + (S)Ppel. Unsur klausa “dan” mengisi kategori konjungsi subordinatif. Unsur klausa “ enggan (memberikan)” mengisi fungsi subjek predikat, kategori nomina frase verba, dan peran pengalam perbuatan. Sedangkan unsur klausa “bantuan” mengisi fungsi pelengkap, kategori frase nomina, dan peran penyerta. Secara fungsional, klausa berpola (S)Ppel, akan tetapi secara semantis, peran yang dibentuknya hanya (pengalam) keadaan. Pasangan peran yang muncul pada klausa diatas berupa (pengalam) keadaan-penyerta.
3. KESIMPULAN
Menurut Abdul Chaer (2009:150) Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila didalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa. Berdasarkan kategori yang mengisi fungsi predikat itu dapat dibedakan menjadi klausa verbal, klausa nominal, klausa adjektival, klausa preposisional, dan klausa numerial. Hasil terjemahan al-Quran menawarkan sumber pembelajaran keterampilan menulis. Didalamnya dapat digali pola klausa, baik yang dominan maupun yang spesifik. Dengan struktur yang dominan, yakni SP (sebanyak 28), SPO (sebanyak 17), dan PS (sebanyak 7).
Salah satu manfaat analisis terjemahan Quran adalah menjadikan pembelajar mendapatkan kekayaan pola klausa yang amat penting difungsikan dalam berbagai peristiwa tutur. Terjemahan Quran telah mengakomodasi bentuk-bentuk unik dalam struktur gramatikal. Bentuk unik itu berpola Topik-Komen. Pada surah al-maun ayat 1-7 ditemukan klausa berpola subjek-predikat, klausa yang berkonjungsi subordinatif yang menyatakan pertalian makna akibat, klausa berkonjungsi + PSO, klausa lengkap yang berkonjungsi subordinatif akibat + PS, klausa yang diawali konjungsi subordinatif yang menyatakan makna penjelas, klausa berkonjungsi subordinatif Yang, dan klausa berkonjungsi + (S)Ppel.
Analisis klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya adalah kegiatan menentukan termasuk fungsi, kategori, dan peran apakah suatu unsur dalam suatu klausa. Dalam menganalisis klausa atas kategori unsur-unsurnya, kita dapat melakukan pembagian atas fungsi unsur-unsurnya terlebih dahulu. Selanjutnya, unsur-unsur yang mengelompok dalam satu fungsi yang sama ditentukan termasuk kategorinya.
Klausa “tahukah” merupakan klausa tanya karena klausa tanya adalah klausa yang isinya menanyakan sesuatu kepada mitra tutur/mitra bicara (dalam bahasa lisan) atau pembaca (dalam bahasa tulis). Klausa ini secara tekstual ditandai oleh pemakaian kata tanya (interogatif). Unsur klausa “maka” mengisi kategori konjungsi dan peran akibat.
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang sejajar. Konjungsi koordinatif yang dimaksud adalah dan, atau, tetapi. Klausa ini termasuk kedalam klausa inversi, yaitu klausa yang predikatnya berada dibelakang subjek.
klausa relatif adalah kalimat dasar yang menjadi kalimat pemandu dalam kalimat rumit, yang subjeknya berubah menjadi partikel yang. Hal ini dikarenakan partikel tersebut identik dengan sebuah FN dalam kalimat matriks. Apabila klausa relatif menerangkan sebuah FN subjek, biasanya juga mempunyai dua macam sifat, yaitu yang memberi suatu batasan pada FN itu dan yang hanya memberi keterangan tambahan.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul, 2010. Sintaksis 2 Keselarasan Fungsi, Kategori, & Peran dalam Klausa. Surakarta : Universitas Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar