ANALISIS UNSUR KLAUSA BERDASARKAN FUNGSI, KATEGORI,
DAN PERAN DALAM SURAH AL-MAUN AYAT1-7
Dona Pransisca
VI B
116211375
VI B
116211375
ABSTRAK
Tujuan
dari penenlitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah analisis unsur klausa
berdasarkan fungsi, kategori, dan peran dalam terjemahan al-Quran. Pada penelitian ini dikhususkan untuk
terjemahan al-Quran pada surah al-maun ayat 1-7. Hasil terjemahan al-Quran
menawarkan sumber pembelajaran keterampilan menulis. Didalamnya dapat digali
pola klausa, baik yang dominan maupun yang spesifik. Dengan struktur yang
dominan, yakni SP (sebanyak 28), SPO (sebanyak 17), dan PS (sebanyak 7). Pada
surah al-maun ayati 1-7 ditemukan klausa berpola subjek-predikat, klausa yang
berkonjungsi subordinatif yang menyatakan pertalian makna akibat, klausa
berkonjungsi + PSO, klausa lengkap yang berkonjungsi subordinatif akibat + PS,
klausa yang diawali konjungsi subordinatif yang menyatakan makna penjelas,
klausa berkonjungsi subordinatif Yang,
dan klausa berkonjungsi + (S)Ppel.
Kata kunci
: Analisis Unsur klausa, fungsi kategori
dan peran
1. LATAR BELAKANG
Manusia berkomunikasi dan
berinteraksi dengan sesama manusia melalui suatu perantara. Manusia
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan yang mereka miliki melalui
bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang
digunakan dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan mengidentifikasi, baik secara
lisan maupun tulisan. Dengan demikian, bahasa dapat dikatakan sebagai alat yang
dapat mengidentifikasi diri.
Ilmu
yang mempelajari tentang tatabahasa disebut sintaksis. Sintaksis membicarakan
hubungan antara kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk didalam
lingkup sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat.
Menurut
Abdul Chaer (2009:150) Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif.
Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila
didalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa predikat merupakan unsur yang
sangat penting dalam sebuah klausa. Didalam sebuah klausa, kedudukan predikat
dapat menentukan jenis dan kategorinya yang kemudian dapat pula menentukan
hadirnya fungsi subjek, objek, pelengkap, keterangan, dan sebagainya.
Berdasarkan kategori yang mengisi fungsi predikat itu dapat dibedakan menjadi
klausa verbal, klausa nominal, klausa adjektival, klausa preposisional, dan
klausa numeria.
Dari
pengamatan terhadap bahasa indonesia, dapat disimpulkan bahwa S selalu terdiri
dari kata atau frase yang termasuk kategori N. Berbeda dengan S yang selalu
terdiri dari kata atau frase golongan N, P biasa terdiri dari kata atau frase
yang termasuk dalam golongan N,V, Bil,ataupun FD. Fungsi O terdiri dari kata
atau frase yang termasuk kategori N, sedangkan fungsi PEL terdiri dari kata
atau frase yang termasuk kategori N, V, dan mungkin pula Bil. Sedangkan KET
mungkin terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori Ket, mungkin
terdiri dari FD, kata atau frase golongan N, dan kata atau frase golongan V.
Secara
teoritis fungsi dan peran memiliki sifat relasional. Adanya fungsi yang satu
menandakan fungsi yang lain atau mensyaratkan kehadiran fungsi lain. Jika
fungsi lain tidak muncul, maka akan sulit untuk mennetukan fungsi yang
disandangnya. Melalui analisis wacana, posisi struktur semacam itu lebih mudah
untuk diidentifikasi karena melibatkan pengisi struktur, baik yang mendahului
maupun yang muncul belakangan.
Al-quran adalah kitab suci umat
islam yang berisi petunjuk , perintah, ajakan, larangan, cerita dan berita oleh
Allah swt kepada umat manusia yang digunakan sebagai pedoman dalam hidup.
Al-quran merupakan salah satu media tertulis dengan menggunakan bahasa arab.
Ayat-ayat dalam al-quran sangat kaya dan beragam sehingga terlihat menarik.
Kalimat-kalimat didalamnya banyak mengandung pesan dari Allah swt.
Hasil
identifikasi klausa yang terdapat pada teks terjemahan al-Quran dapat
diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu klausa inti dan
noninti.klausa inti adalah klausa yang tidak diawali dengan konjungsi dan
unsur-unsurnya sekurang-kurangnya terdiri atas Subjek dan predikat. Klausa ini
secara potensial dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.berdasarkan urutannya
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu klausa yang berurutan biasa dan klausa yang
berurutan terbalik (inversi0. Sedangkan klausa noninti adalah klausa yang
diawali dengan konjungsi. Karena diawali dengan konjungsi, klausa dalam teks
terjemahan Quran tidak berdiri sendiri, walaupun ada kemungkinan jika konjungsi
yang bersangkutan dihilangkan dapat berdiri sendiri sebagai klausa yang berdiri
sendiri sebagai kalimat. Klausa ini teridentifikasi dari bagian terjemahan
ayat-ayat al-Quran yang memiliki hubungan maknawi dengan klausa-klausa/kalimat,
atau ayat lain. Berdasarkan konjungsi yang digunakan klausa ini bisa
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni klausa yang diawali oleh
konjungsi koordinatif dan klausa yang diawali oleh konjungsi subordinatif.
Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang sejajar. Dalam kaitannya
dengan klausa yang diawali dengan konjungsi koordinatif, konjungsi koordinatif
yang dimaksud adalah konjungsi dan, atau, tetapi. Sedangkan klausa yang diawali
oleh konjungsi subordinatif ini dapat ditemukan adanya klausa yang diawali oleh
konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu (berurutan, saat) syarat,
pengandaian, sebab, akibat, kontradiktif, tujuan, harapan, penjelas,
ketidakpastian (menggunakan konjungsi seakan-akan), perkecualian, modalitas,
kosesif, dan konsekutif (menggunakan kata biarpun, kendatipun. Selain itu
ditemukan juga klausa yang menggunakan konjungsi yang menyatakan pertalian
makna kesungguhan, sapaan, dan perbandingan.
Hasil
terjemahan al-Quran menawarkan sumber pembelajaran keterampilan menulis.
Didalamnya dapat digali pola klausa, baik yang dominan maupun yang spesifik.
Dengan struktur yang dominan, yakni SP (sebanyak 28), SPO (sebanyak 17), dan PS
(sebanyak 7). Terjemahan Quran memberikan kemudahan memahami pola dasar bahasa
indonesia. Bila dideskripsikan, pola klausa inti maupun noninti, selain pola
dasar, jumlahnya melimpah yang masing-masing pola menunjukkan spesifikasi
makna. Spesifikasi makna ditunjukkan oleh perbedaan karakteristik kategorial,
perbedaan pola urutan, atau muncul tidaknya unsur kalimat dalam struktur klausa.
Dengan demikian, terjemahan Quran menjadikan pembelajar mendapatkan kekayaan
pola klausa yang amat penting difungsikan dalam berbagai peristiwa tutur.
Terjemahan Quran telah mengakomodasi bentuk-bentuk unik dalam struktur
gramatikal. Bentuk unik itu berpola Topik-Komen.
Analisis
klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya adalah kegiatan menentukan termasuk
fungsi, kategori, dan peran apakah suatu unsur dalam suatu klausa. Analisis
kategori adalah analisis terhadap jenis kata atau atau kelas kata unsur-unsur
pengisi fungsi tertentu dalam sebuah klausa (verhaar,1977). Dalam menganalisis
klausa atas kategori unsur-unsurnya, kita dapat melakukan pembagian atas fungsi
unsur-unsurnya terlebih dahulu. Selanjutnya, unsur-unsur yang mengelompok dalam
satu fungsi yang sama ditentukan termasuk kategorinya. Analisis kategorial
tidak dapat lepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari
analisis fungsional.
Dalam
melakukan analisis kategori yang perlu diingat adalah penentuan suatu unsur
termasuk jenis kata apa atau termasuk kategori apa. Dalam hubungan dengan
kategori ini ada beberapa penggolongan atau penentuan kategori kata yang
berbeda-beda.
Klausa
selain dapat dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, kategori kata atau
frase yang menjadi unsurnya, juga dapat dianalisis makna-maknanya. Namun dalam
analisis ini lebih ditekankan pada analisis unsur klausa berdasarkan fungsi,
kategori, dan peran khususnya dalam surah al-maun ayat 1-7. Untuk lebih
jelasnya mengenai analisis terjemahan al-quran, maka pada bagian pembahasan
berikut ini adalah analisis surah al-maun ayat 1 sampai 7.
2. PEMBAHASAN
1. Klausa Berpola Subjek-Predikat
(1:107) Tahukah kamu (orang) yang
mendustakan agama ?
No. Data
|
Unsur
Klausa
|
||
(1:107)
|
Tahukah
|
Kamu
|
(orang-orang)yang
mendustakan agama
|
Fungsi
|
|
S
|
P
|
Kategori
|
Interogatif
|
N
|
FN
|
Peran
|
Tanya
|
Dikenal
|
Pengenal
|
Data diatas dinyatakan analisis fungsi, kategori,
dan peran pada klausa berpola subjek-predikat. Unsur klausa “tahukah” mengisi
kategori interogatif dan perann tanya. Unsur klausa “kamu” mengisi fungsi subjek, kategori nomina, dan
peran dikenal. Sedangkan “(orang-orang) yang mendustakan agama” mengisi fungsi
predikat, kategori frase nomina, dan peran pengenal. Pasangan peran yang muncul
pada pola klausa diatas berupa dikenal-pengenal.
Klausa “tahukah” merupakan klausa
tanya karena klausa tanya adalah klausa yang isinya menanyakan sesuatu kepada
mitra tutur/mitra bicara (dalam bahasa lisan) atau pembaca (dalam bahasa
tulis). Klausa ini secara tekstual ditandai oleh pemakaian kata tanya
(interogatif).
Jika
dilihat variasi strukturnya, variasi struktur fungsional klausa tanya terdiri
atas struktur Tanya SP, tanya SPK, tanya SPO, tanya SPPel, tanya PS, dan tanya
KSP. Pada klausa tanya ini terdapat struktur fungsional: tanya + SPPel, tanya +
PS, tanya + SP, tanya + KSP, tanya + SPO, dan tanya + SPK. Pada pola + SPPel
berpola kategorial interogatif + N+V +FN dan berpasangan peran: pertanyaan +
pelaku + tindakan + penderita. Pada pola tanya + PS terdapat pola kategorial
interogatif + FN + FP, interogatif + FV + FN, dan interogatif + FN. Adapun pasangan perannya : pertanyaan +
tindakan negatif + pederita, pertanyaan + keadaan + pengalam.
Klausa
ini termasuk klausa yang berurutan biasa, yaitu klausa yang subjeknya terletak
pada awal kalimat dan predikat dibelakang subjek. Klausa ini juga termasuk
kedalam jenis klausa inti.
2. Klausa yang berkonjungsi subordinatif
yang menyatakan pertalian makna akibat
(2:107) maka
itulah orang yang menghardik anak yatim
No.
Data
|
Unsur
Klausa
|
||
(2:107)
|
maka
|
Itulah
|
Orang
yang menghardik anak yatim
|
Fungsi
|
|
S
|
P
|
Kategori
|
Konjungsi
subord.
|
N
|
FN
|
Peran
|
Akibat
|
Dikenal
|
Pengenal
|
Data
diatas, dinyatakan analisis fungsi, kategori, dan peran pada klausa lengkap
yang berpola konjungsi subordinatif akibat + SP. Unsur klausa “maka” mengisi
kategori konjungsi dan peran akibat. Unsur klausa “itulah” mengisi fungsi
subjek, kategori nomina, dan peran dikenal. Sedangkan unsur klausa “orang yang
menghardik anak yatim” mengisi fungsi predikat, kategori frase nomina, dan
peran pengenal. Pasangan peran yang muncul pada pola klausa diatas adalah
berupa dikenal-pengenal. Konjungsi yang dipakai pada klausa ini adalah maka,
oleh karena itu, hingga, sehingga, dan sebagainya.
3. Klausa Berkonjungsi + PSO
(3:107) Dan tidak mendorong memberi
makan orang miskin
No.
Data
|
Unsur
Klausa
|
|||
(3:107)
|
Dan
|
Tidak
mendorong
|
Memberi
makan
|
Orang
miskin
|
Fungsi
|
|
P
|
S
|
O
|
Kategori
|
Konj.
koord
|
FV
|
N
|
FN
|
Peran
|
|
Keadaan
|
Pelaku
|
Pengalam
|
Data diatas dinyatakan analisis
fungsi, kategori, dan peran pada klausa berkonjungsi + PSO. Unsur klausa “dan”
merupakan konjungsi koordinatif. Unsur klausa “tidak mendorong” mengisi fungsi
predikat, kategori frase verba, dan peran keadaan. Unsur klausa “memberi makan”
mengisi fungsi subjek, kategori nomina, dan peran pelaku. Sedangkan unsur
klausa “orang miskin” mengisi fungsi objek, kategori frase nomina, dan peran
pengalam. Pasangan peran yang muncul pada pola klausa diatas berupa
pelaku-pengalam. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua
unsur yang sejajar. Konjungsi koordinatif yang dimaksud adalah dan, atau,
tetapi. Klausa ini termasuk kedalam klausa inversi, yaitu klausa yang
predikatnya berada dibelakang subjek.
4. Klausa lengkap yang berpola konjungsi
subordinatif akibat + PS
(4:107) Maka celakalah orang yang salat
No.
Data
|
Unsur
klausa
|
||
(4:107)
|
Maka
|
celakalah
|
Orang
yang salat
|
Fungsi
|
|
P
|
S
|
Kategori
|
Konjungsi
subord
|
FN
|
FN
|
Peran
|
Akibat
|
Keadaan
|
Pengalam
|
Data diatas dinyatakan analisis fungsi, kategori,
dan peran pada klausa lengkap yang berpola konjungsi subordinatif akibat + PS.
Unsur klausa “maka” mengisi kategori konjungsi subordinatif, dan peran akibat.
Unsur klausa “celakalah” mengisi fungsi predikat, kategori frase nomina, dan
peran keadaan. Sedangkan unsur klausa “orang yang salat” mengisi fungsi subjek,
kategori frase nomina, dan peran pengalam. Pasangan klausa yang muncul pada
pola klausa diatas adalah keadaan-pengalam. Konjungsi subordinatif adalah konjungsi
yang menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status sintaksis
yang sama. Konjungsi ini membentuk anak kalimat yang jika digabungkan dengan
induk kalimat akan membentuk kalimat majemuk bertingkat. Klausa yang diawali
konjungsi pertalian makna akibat ini, selain ditandai dengan penggunaan Maka,
juga dapat digunakan oleh karena itu, hingga, dan sehingga.
5. klausa yang diawali konjungsi
subordinatif yang menyatakan makna penjelas
(5:107) (yaitu) orang-orang yang lalai
terhadap salatnya
No.
Data
|
Unsur
Klausa
|
||
(5:107)
|
(yaitu)
|
Orang-orang
|
Yang
lalai terhadap salatnya
|
Fungsi
|
|
S
|
P
|
Kategori
|
Konjungsi
subord
|
FN
|
V
|
Peran
|
Penjelas/jelasan
|
Pelaku
|
Perbuatan
|
Data tabel diatas dinyatakan
analisis fungsi, kategori, dan peran klausa yang diawali dengan konjungsi
subordinatif yang menyatakan makna penjelas. Unsur klausa “ (yaitu)” mengisi
kategori konjungsi subordinatif, dan peran penjelas/jelasan. Unsur klausa
“orang-orang” mengisi fungsi subjek, kategori frase nomina, dan peran pelaku.
Sedangkan unsur klausa “yang lalai terhadap salatnya” mengisi fungsi predikat,
kategori verba, dan peran perbuatan. Pasangan klausa yang muncul pada pola
klausa diatas berupa pelaku-perbuatan. Pada klausa yang diawali oleh konjungsi
yang menyatakan makna penjelas ini juga digunakan konjungsi bahwa. Konjungsi ini menunjukkan
hubungan antara klausa dengan klausa sebelumnya.
6. Klausa berkonjungsi subordinatif Yang
(6:107) yang berbuat riya
No.
Data
|
Unsur
Klausa
|
|
(6:107)
|
Yang
|
Berbuat
riya
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Kategori
|
FN
|
FN
|
Peran
|
Pengalam
|
Pelaku
|
Data tabel diatas dinyatakan fungsi,
kategori, dan peran klausa berkonjungsi subordinatif yang. Unsur klausa “yang” mengisi fungsi subjek, kategori frase
nomina, dan peran pengalam. Sedangkan “berbuat riya” mengisi fungsi predikat, kategori
frase nomina, dan peran pelaku. Pasangan klausa yang muncul pada data diatas
adalah pengalam-pelaku. Klausa ini termasuk kedalam jenis klausa relatif, yaitu
kalimat dasar yang menjadi kalimat pemandu daalm kalimat rumit, yang subjeknya
berubah menjadi partikel yang. Hal
ini dikarenakan partikel tersebut identik dengan sebuah FN dalam kalimat
matriks. Apabila klausa relatif menerangkan sebuah FN subjek, biasanya juga
mempunyai dua macam sifat, yaitu yang memberi suatu batasan pada FN itu dan
yang hanya memberi keterangan tambahan.
7.
Klausa berkonjungsi + (S)Ppel
(7:107) dan enggan (memberikan) bantuan
No.
Data
|
Unsur
Klausa
|
||
(7:107)
|
Dan
|
Enggan
(memberikan)
|
Bantuan
|
Fungsi
|
|
(S) P
|
Pel
|
Kategori
|
Konjungsi
koord
|
(N) FV
|
FN
|
Peran
|
|
(pengalam)
keadaan
|
Penyerta
|
Data
tabel diatas dinyatakan fungsi, kategori, dan peran klausa berkonjungsi +
(S)Ppel. Unsur klausa “dan” mengisi kategori konjungsi subordinatif. Unsur
klausa “ enggan (memberikan)” mengisi fungsi subjek predikat, kategori nomina
frase verba, dan peran pengalam perbuatan. Sedangkan unsur klausa “bantuan”
mengisi fungsi pelengkap, kategori frase nomina, dan peran penyerta. Secara
fungsional, klausa berpola (S)Ppel, akan tetapi secara semantis, peran yang
dibentuknya hanya (pengalam) keadaan. Pasangan peran yang muncul pada klausa
diatas berupa (pengalam) keadaan-penyerta.
3. KESIMPULAN
Menurut
Abdul Chaer (2009:150) Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif.
Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila
didalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa. Berdasarkan
kategori yang mengisi fungsi predikat itu dapat dibedakan menjadi klausa
verbal, klausa nominal, klausa adjektival, klausa preposisional, dan klausa
numerial. Hasil terjemahan al-Quran menawarkan sumber pembelajaran keterampilan
menulis. Didalamnya dapat digali pola klausa, baik yang dominan maupun yang
spesifik. Dengan struktur yang dominan, yakni SP (sebanyak 28), SPO (sebanyak
17), dan PS (sebanyak 7).
Salah
satu manfaat analisis terjemahan Quran adalah menjadikan pembelajar mendapatkan
kekayaan pola klausa yang amat penting difungsikan dalam berbagai peristiwa
tutur. Terjemahan Quran telah mengakomodasi bentuk-bentuk unik dalam struktur
gramatikal. Bentuk unik itu berpola Topik-Komen. Pada surah al-maun ayat 1-7
ditemukan klausa berpola subjek-predikat, klausa yang berkonjungsi subordinatif
yang menyatakan pertalian makna akibat, klausa berkonjungsi + PSO, klausa
lengkap yang berkonjungsi subordinatif akibat + PS, klausa yang diawali
konjungsi subordinatif yang menyatakan makna penjelas, klausa berkonjungsi
subordinatif Yang, dan klausa
berkonjungsi + (S)Ppel.
Analisis
klausa berdasarkan kategori unsur-unsurnya adalah kegiatan menentukan termasuk
fungsi, kategori, dan peran apakah suatu unsur dalam suatu klausa. Dalam
menganalisis klausa atas kategori unsur-unsurnya, kita dapat melakukan
pembagian atas fungsi unsur-unsurnya terlebih dahulu. Selanjutnya, unsur-unsur
yang mengelompok dalam satu fungsi yang sama ditentukan termasuk kategorinya.
Klausa
“tahukah” merupakan klausa tanya karena klausa tanya adalah klausa yang isinya
menanyakan sesuatu kepada mitra tutur/mitra bicara (dalam bahasa lisan) atau
pembaca (dalam bahasa tulis). Klausa ini secara tekstual ditandai oleh
pemakaian kata tanya (interogatif). Unsur klausa “maka” mengisi kategori
konjungsi dan peran akibat.
Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang sejajar.
Konjungsi koordinatif yang dimaksud adalah dan, atau, tetapi. Klausa ini
termasuk kedalam klausa inversi, yaitu klausa yang predikatnya berada
dibelakang subjek.
klausa
relatif adalah kalimat dasar yang menjadi kalimat pemandu dalam kalimat rumit,
yang subjeknya berubah menjadi partikel yang.
Hal ini dikarenakan partikel tersebut identik dengan sebuah FN dalam kalimat
matriks. Apabila klausa relatif menerangkan sebuah FN subjek, biasanya juga
mempunyai dua macam sifat, yaitu yang memberi suatu batasan pada FN itu dan
yang hanya memberi keterangan tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.
2009. Sintaksis Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul,
2010. Sintaksis 2 Keselarasan Fungsi,
Kategori, & Peran dalam Klausa. Surakarta : Universitas Muhammadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar